Rabu, 08 September 2010

bimbingan konseling

BAB II
Pembahasan
A. Memaknai konseling Individual
Pengertian konseling individual mempunyai makna spesipik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupa memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah – masalah yang di hadapinya

Bimbingan untuk pengembangan beratri bantuan untuk pengembangan potensi klien agar mencapai taraf perkembagan yang optimal proses bimbingan dan konseling berorientasi pada aspek positif artinya selalu melihat klien dari segi positif (potensi, keunggulan) dan berusaha mengembirakan klien dengan menciptakan situasi proses konseling yang kondusif untuk pertumbuhan klien. Sedangkan bimbingan untuk mengantisipasi masalah bertujuan agar klien mampu mengatasi masalahnya setelah dia mengenal, menyadari, dan memahami potensi serta kelemahan, dan kemudian mengarahkan potensi untuk mengatasi masalah dan kelemahan

Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling karena jika menguasai teknik – teknik konseling individual berarti akan mudah menjalankan proses bimbingan dan konseling yang lain seperti disebutkan di atas. Karena itu kepada calon konselor disarankan agar menguasai proses dan teknik konseling individual

Proses konseling individual merupakan relasi antara konselor dengan klien dengan tujuan agar dapat mencapai tujuan klien. Dengan kata lain tujuan konseling tidak lain adalah tujuan klien itu sendiri. Hal ini amat perlu ditekankan sebab sering kejadian terutama pada konselor pemula atau yang kurang propesional, bahwa subjektivitas dia amat menonjol di dalam proses konseling. Seolah – olah mengutamakan tujuan konselor sementara tujuan klien di abaikan .
Sunaryo kartadinata (1998 : 3) mengartikan sebagai “proses membantu individu untuk mencapai perkembagnan optimal” sementara rochman natawidjaya (1987 : 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individual tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk social individu yang di bantu adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuannya dalam bimbingan diberikan dengan pertimbangan keragaman dan keunikan individu. Tidak ada teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi setiap individu. Teknik bantuan seyoginya di sesuaikan dengan pengalaman, kebutuhan, dan individu untuk membimbing individu di perlakukan pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik, kebutuhan atau masalah individu


Pada bagian – bagian terdahulu konseling telah banyak disebut. Pada bagian ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dank lien, dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasanya , sedapat – dapatnya dengan kekuatan klien sendiri. Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Bahkan dikatakan bahwa konseling merupakan “jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara menyeluruh, hal itu berarti agaknya bahwa apabila layanan konseling telah memberikan jasanya, maka masalah klien akan teratasi secara efektif dan upaya – upaya bimbingan lainya tinggal mengikuti atau berperan sebagai pendamping. Atau dengan kata lain, konseling merupakan layanan inti yang pelaksanaan nya menuntut persyaratan dan mutu usaha yang benar – benar tinggi.




B. Metode Bimbingan Individu ( Konseling Individual)
Seperti telah disebutkan dalam pembahasan di atas bahwa konseling merupakan salah satu teknik bimbingan. Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberiakan secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing ( konselor ) dengan siswa (klien). Dengan perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara (pembimbing) konselor dengan siswa( klien).Masalah – masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah – masalah yang bersifat pribadi.

Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukan oleh konselor melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien (siswa). Sedangkan empari adalah usaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah – masalah yang dihadapinya. Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling.
Apabila merajuk kepada teori – teori konseling, setidaknya ada tiga cara konseling yaitu:
1. Directive counseling
2. Non derective counseling
3. Ecleretive counseling.
Banyak teori – teori konseling yang melandasi praktik konseling; antara lain: teori konseling psikoanalisasi (freud), teori konseling Ego(Adler,Jung dan fromm), teori konseling psikologi individual (Adler), teori konseling analisasi transaksional (Berne), teori konselingself (rogers), teori konseling gestal (perls), teori konseling behavioral (skinner), teori konseling realitaas (glasser), teori konseling relational emotive (Ellis),teori konseling logo therapy (frankl), teori konseling Islam, dan lain – lain. Untuk mengetahuilebuh mendalam tentang teori – teori konseling anda bisa membaca berbagai literature yang membahas tentang teori – teori konseling (dosen bisa member tugas kepada mahasiswa untuk membuat resume tentang teori – teori di atas). Penerapan teori – teori di atas dalam konseling sangat kondisional karena dipengaruhi oleh kondisi klien( karakteristik kepribadiaan) klien (siswa), masalah – masalah yang di hadapi siswa, waktu pelaksanaan konseling, dan lain sebagainya.
1. Konseling direktif ( direktive counseling )
Konseling yang menggunakan metode ini, dalam prosesnya yang aktif atau paling berperan adalah konselor. Dalam praktiknya konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya. Selain itu, konselor juga memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada klien. Praktik konseling yang dilakukan oleh para penganut teori behavioral counseling umumnya menerapkan cara – cara di atas dalam konselingnya. Karena praktik yang demikian, konseling ini juga dikenal dengan konseling yang berpusat pada konselor.

Praktik konseling dalam dunia islam dimana para nabi Muhammad Saw. Umumnya menerapkan cara – cara diatas yaitu memberikan saran – saran, anjuran dan nasihat kepada klien. Para nabi dan rasul bisa disebut konselor apabila melihat tugas dan fungsinya sebagai pembimbing umat islam kea rah jalan yang benar. Para nabi dan rasul semua mengajak umat manusia kepada agama tauhid ( islam ). Para nabi dan rasul juga membimbng manusia agar tidak terjerumus ke lembah dosa, sehingga manusia memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Para nabi dan rasul mempunyai tugas yang paling hakiki, yang mengajak, membantu, dan membimbing manusia menuju kepada kehidupan yang bahagia lahir batin, di dunia hingga di akhirat (M. Hamdan Bakran Adz Dzaki, 2004).

Praktik konseling direktif mendapat kritik terutama dari para penganut paham bahwa tujuan utama dalam konseling adalah kemandirian klien ( siswa ). Apabila klien masih dinasihati dan diarahkan berarti belum mandiri; sehingga tujuan utama konseling belum tercapai. Oleh sebab itu, para penganut paham ini menganjurkan konseling yang berpusat pada siswa ( client centered ).








2. Konseling nondirektif ( non – directive counseling )
Seperti telah di sebutkan diatas, konseling nondirektif atau konseling yang berpusat pada siswa muncul akibat kritik terhadap konseling direktif ( konseling berpusat pada konselor). Konselor nondirektif di kembangkan berdasarkan teori client centered ( konseling yang berpusat pada klien atau siswa ). Dalam praktik konseling nondirektif, konselor hanya menampung pembicaraan, yang berperan adalah konselor. Klien atau konseli bebas berbicara sedangkan konselor menampung dan mengarahkan. Metode ini tertentu sulit di terapkan kepada kepribadian tertutup ( introvert ), karena klien ( siswa ) dengan kepribadian tertutup biasanya pendiam dan sulit diajak bicara. Cara ini juga belum bisa diterapkan secara efektif untuk murid sekolah dasar dan dalam keadaan siswa SMP. Metode ini bisa diterapkansecara efektif untuk siswa SMA dan mahasiswa di perguruan tinggi.

Konseling yang mencerminkan metode ini juga pernah terjadi dalam prektik konseling islam. Sebuah contoh ketika rasulullah Saw. Didatangi oleh seseorang. Orang yang datang kepada rasulullah Saw. Mengaku telah banyak berbuat dosa baik dosa kecil maupun dosa besar. Ketika ia datang kepada rasulullah Saw. Ia bertanya “ ya rasulullah, saya ini banyak berbuat dosa”, “ apakah tuhanmu ( ALLAH SWT ) akan mengampuni saya”? mendengar pertanyaan tersebut rasulullah Saw tersenyum. Ekspresi senyum merupakan bentuk penerimaan rasulullah Saw. Terhadap orang yang datang ( attending skill ). Selanjutnya rasulullah Saw. Bertanya : “ dosa apa yang telah kamu perbuat”? selanjutnya si pendosa menceritakan kepada rasulullah Saw. Singkat cerita setelah mendengarkan dengan seksama cerita sipendosa, rasulullah Saw. Menganjurkan agar berlaku “jujur” ( tanpa diarahkan rasulullah Saw. Bagai mana caranya harus berbuat jujur). Setelah mendapat anjuran rasulullah Saw., sipendosa pun pergi meninggalkan rasulullah Saw. ( sesi konseling tahap awal berakhir). Setelah pergi meninggalkan rasul si pendosa bertemu dengan wanita cantik dan bermaksud ingin memperkosanya. Begitu akan melakukan pemerkosaan, ia teringat kepada anjuran rasulullah Saw. Untuk “jujur”. Akhirnya ia tidak melaksanakan keinginannya karena takut berbohong apabila kelak bertemu rasulullah Saw. Dan ditanya apakah telah “jujur” atau tidak. Begitulah seterusnya setiap kali ia akan berbuat dosa.

Setelah beberapa hari, si pendosa kembali mendatangi Rasulullah Saw. ( atas inisiatif sendiri ). Di hadapan rasulullah Saw. Ia akan menyatakan bahwa ternyata anjuran untuk “jujur” telah berhasil membebaskan saya dari berbuat maksiat. Untuk itu” ya rasulullah” mulai hari ini saya menyatakan masuk islam. Selanjutnya si pendosa di bimbing rasulullah Saw. Mengucapkan dua kalimat syahadat.
Cerita di atas jelas mencerminkan proses atau tahapan – tahapan konseling yang berpusat pada klien, karena hamper semua inisiatif konseling datang dari klien, karena ( si pendosa ). Proses komunikasi ( wawancara konseling ) juga terjadi atas inisiatif konseling dan dalam prosesnya yang lebiih aktif. Mencermati cerita ini, mungkin tidak terlalu berlabihan apabila dikatakan konseling yang berpusat pada klien dalam dunia islam, telah mendahului ( lebih dahulu lahirnya ) dari teori client centred ( teori konseling yang berpusat pada klien).

3. Konseing Eklektif ( Eclective counseling)
Kenyataan bahwa semua teori cocok untuk semua individu, semua masalah siswa, dan semua situasi konseling. Siswa disekolah atau di madrasah memiliki tipe – tipe kepribadian yang tidak sama. Oleh sebab itu, tidak mungkin di terapkan metode konseling direktif saja atau non direktif saja. Agar konseling berhasil secara efektif dan efesien, tertentu harus melihat siapa siswa ( klien ) yang akan di bantu atau di bombing dan melihat masalah yang dihadapi siswa dan melihat situasi konseling. Apabila terhadap siswa tertentu tidak bisa di terapkan metode derektif, maka mungkin bisa diterapkan metode nondirektif begitu juga sebaliknya. Atau apabila mungkin adalah dengan cara menggabungkan kedua metode di atas. Penggabungan kedua metode konaseling di atas disebut metode aklaktif ( eclective counseling). Penerapan metode dalam konseling adalah dalam keadaan tertentu konselor menasihati dan mengarahkan konseli ( siswa ) sesuai dengan masalahnya, dan dalam keadaan yang lain konselor memberikan kebebasan kepada konseli ( siswa ) untuk berbicara sedangkan konselor mengarahkan saja.





BAB III
PENUTUP
kesimpulan
potensi ( fitrah ) siswa sebagai individu seperti bakat, minat, cita – cita, dan lain sebagainya, juga belum melalui proses pendidikan dan pembelajaran di kelas.
Guna memecahkan persoalan – persoalan di atas, proses pendidikan dan pembelajaran perlu bersinergi dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah perlu dilakukan sehingga benar – benar memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah dan madrasah yang bersangkutan. Selain itu, optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah perlu di dukung oleh sumber daya manusia yang memadai.



















Daftar pustaka
Dr. SOYAN S. WILLIS “konseling individual” ( bandung, ALFABETA, 2004)
Dr. SYAMSU YUSUF, LN, Dr. A. JUNTIKA NURIHSAN “ landasan bimbingan konseling”
( bandung, PT Remaja Rodukarya, 2006 )
Prof Dr PRIYATNO, Drs. ERMAN ANTI “ Dasar – Dasar Bimbingan konseling” ( Rineka Opta, 1999 )
Drs. TOHIRIN, M, Pd “bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Di Madrasah” (Jakarta PT Raja Grapindo Persada)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar